Neil Postman: "Bentuk garis demi garis, berurutan, terus-menerus dari...
"Bentuk garis demi garis, berurutan, terus-menerus dari halaman yang dicetak perlahan mulai kehilangan resonansinya sebagai metafora tentang bagaimana pengetahuan harus diperoleh dan bagaimana dunia harus dipahami. "Mengetahui" fakta mengambil makna baru, karena itu tidak menyiratkan bahwa orang memahami implikasi, latar belakang, atau koneksi. Wacana telegraf tidak mengizinkan waktu untuk perspektif sejarah dan tidak memberikan prioritas pada kualitatif. Bagi telegraf, intelijen berarti mengetahui banyak hal, tidak mengetahuinya."
--- Neil PostmanVersi Bahasa Inggris
The line-by-line, sequential, continuous form of the printed page slowly began to lose its resonance as a metaphor of how knowledge was to be acquired and how the world was to be understood. "Knowing" the facts took on a new meaning, for it did not imply that one understood implications, background, or connections. Telegraphic discourse permitted no time for historical perspectives and gave no priority to the qualitative. To the telegraph, intelligence meant knowing of lots of things, not knowing about them.
Anda mungkin juga menyukai:
Afua Cooper
1 Kutipan dan Pepatah
Bruce Eckel
6 Kutipan dan Pepatah
Gianni Rodari
1 Kutipan dan Pepatah
Julian Ovenden
15 Kutipan dan Pepatah
Sarra Manning
13 Kutipan dan Pepatah
Stefan Themerson
3 Kutipan dan Pepatah
Tom Robinson
7 Kutipan dan Pepatah
Charles C. Mann
15 Kutipan dan Pepatah
Zebulon Pike
17 Kutipan dan Pepatah
Lita Grey
1 Kutipan dan Pepatah
Laura Poitras
27 Kutipan dan Pepatah
Vishwas Mudagal
8 Kutipan dan Pepatah